Be the Miracle, because men need it
Dari malam kemaren saya tidak bisa tidur setelah menonton sebuah film di salah satu stasiun televisi yang diberi judul “The Devil’s Advocate”. Huft.. bohong sebenarnya kalau saya bilang penyebab saya terjaga sepanjang malam hanya karena film tersebut. Memang beberapa jam sebelumnya saya sempat mengkonsumsi secangkir espresso yang cukup kental setelah terbangun dari tidur siang sekitar pukul 17.30 wib.
Sedikit membahas mengenai film The Devil’s Advocate, tetapi bukan untuk mengupas habis tentang kesalahan hasil produksi (Bloopers) dari film tersebut. Karena sejatinya saya bukanlah seorang pengamat ataupun komentator film handal yang selalu bisa melihat kekurangan dan kelebihan dari produk akhir sebuah film.
The Devil’s Advocate merupakan sebuah film yang menceritakan tentang kesuksesan seorang pengacara muda yang tidak pernah kalah dalam kasus yang dihadapinya. Tentunya tak lepas dari dukungan wanita-wanita hebat yang menjadi isterinya dan ibu yang kuat keimananya dalam menjalankan perintah agama.
Satu hal yang membuat saya tertarik dan tak bisa lepas memikirkan itu bukanlah karena kagum akan kehebatan sang pengacara dalam memenangkan semua kasus dan meyakinkan pengadilan bahwa klien yang dia bela benar-benar tidak bersalah, meskipun realita yang ada ialah sebaliknya. Tetapi lebih disebabkan oleh sosok isteri hebat yang selalu mendukung segala keputusan sang suami selama itu baik untuk kehidupan mereka. Juga selalu mengingatkan suaminya akan kesesatan yang dijalani saat direkrut oleh perusahaan besar di bidang hukum yang berpusat di New York.
“Selalu ada wanita hebat dibalik kesuksesan seorang pria”, tampaknya bukan tanpa alasan orang yang pertama kali mengucapkan kata bijak tersebut. Karena memang semua yang menjadi masukan dan saran dari seseorang selau diambil dari pengalaman yang telah dijalani.
Seperti Thomas A. Edison, Bill Clinton, J.F.K, John Dalton, Aristoteles, Prince Charles, Barrack Obama, Ir. Soekarno, B.J. Habibie serta tokoh-tokoh besar dunia yang paling berpengaruh lainnya, bahkan Nabi Muhammad s.a.w-pun mencapai kesuksesan dalam menyebarkan agama Islam tak lepas dari peran penting dan juga dukungan materi maupun moral dari sang isteri, Siti Khadijah dan anaknya , Fatimah.
Namun sifat yang sangat manusiawi dari seorang pria lebih sering muncul ketika dia berada dipuncak kesuksesan, yaitu melupakan serta mengesampingkan kenyataan bahwa ada sesosok mahluk anggun yang sepanjang waktu selalu dan terus menerus bersedia menjadi keajaiban bagi kehidupan yang dijalaninya, baik susah ataupun senang.
Haruskah ada penyesalan yang membuat seseorang meronta-ronta serta berteriak dan berharap waktu yang hilang akan mengembalikan mereka yang telah pergi demi menebus semua kesalahan dan keangkuhan diri yang baru disadarinya?
Tidak seharusnya seorang pria pun merasakan hal tersebut selama mereka menyadari betapa beruntung dirinya memiliki keindahan dari perempuan yang dicintai dan mencintainya.
Sedangkan apabila seorang lelaki tidak berhasil mencapai kesuksesan seperti yang lain, apakah mereka tidak memiliki perempuan yang selalu bisa mendukung segala kebaikan yang dilakukannya?
Akan ada beberapa jawaban yang selalu memihak kepada masing-masing genre. Sebagian menjawab bahwa yang salah adalah pihak laki-laki karena tidak memiliki kemampuan dasar untuk menjadi sukses, meskipun ada sekian banyak wanita yang mendukungnya dan selalu setia di sisinya. Sebagian lagi dengan jawaban yang sama menyalahkan kaum adam karena tidak bisa terlebih dahulu membahagiakan pasangannya, sehingga kaum hawa pun merasa belum mendapatkan haknya dan merasa berat melaksanakan kewajibannya.
Namun di lain pihak, jawaban yang sama sekali berbeda selalu bisa didapatkan dari semua pengamatan yang dilakukan. Yaitu, membenarkan kaum pria dan menyalahkan sepenuhnya kepada perempuan atas semua kegagalan yang dialami para lelaki. Dengan alasan bahwa wanita terlalu banyak menuntut dan jarang bisa mengerti apa yang dirasakan kaum adam. Saat mereka pulang kerja dan disambut ocehan panjang yang memanaskan telinga dari sang istri yang seharusnya bisa menyambut hangat suami serta menghilangkan rasa lelah mereka ketika tiba di rumah, dengan apapun dan berapapun hasil yang mereka dapatkan.
Saya bukan bermaksud untuk menyudutkan salah satu pihak dan membenarkan yang lainnya. Tetapi cobalah bayangkan perlakuan istimewa apa yang di dapat oleh pria yang memiliki perempuan sabar dan baik dalam memperlakukan pasangannya pada waktu mereka tiba di rumah dan berharap bisa mendapatkan ketenangan dan kehangatan walau apapun yang terjadi pada dirinya.
Kalau anda membayangkan akan terdengar teriakan-teriakan dan bentakan dari emosi yang memuncak, serta suasana berisik dari barang pecah belah yang dilempar hingga hancur dan jatuh berserakan. Hingga akhirnya terdengar isak tangis seorang perempuan karena kalah dalam perang rumah tangga dan keinginannya tidak dia dapatkan, ANDA SALAH BESAR !!
Pria yang baik dan wanita hebat tidak melakukan hal tersebut. Mereka cenderung lebih suka membicarakan semua masalah dengan kepala dingin, bukan menjadikan besar sebuah masalah kecil dan mendramatisir keadaan. Selalu menjaga komunikasi tanpa harus takut terjadi kesalahpahaman diantara keduanya. Karena memang dengan cara seperti itu mereka bisa bertahan dalam kondisi seburuk apapun.
Hal itulah yang seharusnya bisa tetap kita pertahankan dalam menjalin hubungan yang serius. Menjadi orang yang tidak terlalu banyak menuntut kepada pasangan, sehingga hubungan yang dijalani dapat bertahan lama. Dan kecil kemungkinan kita untuk melakukan kesalahan yang akan mengakibatkan kita kehilangan semua yang sama mencintai diri kita.
Percayalah betapa menyakitkannya ketika kita mengharapkan tuhan akan memutar waktu kembali ke masa disaat semua kesalahan dan kegagalan terjadi untuk memperbaiki semuanya, meskipun jawaban akhir yang didapat hanya harapan kosong yang tak mungkin bisa diwujudkan.
***
Written By Sandy Riandani Dahlan · Sunday, January 16, 2011 on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar